Jakarta, 26 November 2017
Dalam rangka melanjutkan Program Sosma Education and Traveller (SENTER) yang ke-3, kali ini SOSMA memilih salah satu museum di daerah Jakarta Selatan untuk di jadikan sebagai destinasi wisata dan juga edukasi yang tidak boleh terlewatkan untuk dikunjungi.
Museum ini terletak di daerah Kemang Timur no.66, Jakarta Selatan yang terkenal padat tetapi banyak orang yang juga baru mendengar tentang museum ini.
Awalnya, museum ini memang hanyalah rumah biasa yang di tempati oleh sang pemilik yang bernama Bapak Syahrial Djalil. Pada tahun 1978, Bapak Syahrial Djalil bercita-cita untuk mempunyai rumah dengan halaman yang luas, sampai pada akhirnya beliau bertemu dengan pemilik terdahulu rumah yang mempunyai halaman luas yang sekarang menjadi museum ini.
Saat berkunjung ke Museum di Tengah Kebun, kami diarahkan oleh Mas Riki selaku pemandu yang ada di museum tersebut. Dia menjelaskan secara detail mulai dari dibelinya rumah tersebut sampai dibuka untuk umum sebagai sebuah museum.
Sebelum memasuki area dalam, kami di jelaskan tentang beberapa peraturan yang harus dilakukan antara lain :
1.Ada beberapa benda yang tidak bisa di sentuh secara sembarangan
2.Pada saat memasuki museum, pengunjung tidak diperbolehkan menggunakan sepatu pribadi karena sudah disediakan sandal yang bisa di gunakan selama mengelilingi area museum
3.Pengunjung di perbolehkan mengambil dokumentasi berupa photo dan video
4.Tas dan barang-barang lainnya di masukkan ke dalam locker yang sudah disediakan
5.Pengunjung diperbolehkan membawa minuman pada saat mengelilingi museum
Setelah mengganti sepatu dan menaruh tas, kami dan pengunjung lainnya di kumpulkan membentuk lingkaran dan Mas Riki mulai menjelaskan tentang awal mula rumah yg dijadikan museum itu.
setelah 2 tahun melewati masa pembangunan dan renovasi, pada tahun 1980 akhirnya Bapak Syahrial Djalil sudah bisa menempati rumah tersebut.
Koleksi barang-barang sejarah yang dimilikinya berasal dari hobi jalan-jalan yang membuat beliau tertarik untuk mengumpulkan benda sejarah dari berbagai daerah maupun luar negeri. beliau membelinya dari balai pelelangan, selain itu beliau juga menemukan banyak sekali benda-benda curian sejarah Indonesia yang dijual dengan murah di luar negeri, dan Bapak Syahrial Djalil membelinya dengan alasan beliau mau mengembalikan benda-benda curian tersebut ke Indonesia.
Setelah menjelajah ke berbagai daerah bahkan negara, pada tahun 2009 tanpa disadari koleksi benda sejarah yang dikumpulkan sudah mencapai 4000 item, dan pada saat itu juga beliau memutuskan membuka rumahnya untuk umum dan di daftarkan menjadi sebuah yayasan.
Setiap ruangan yang ada di Museum tersebut diberi nama sesuai dengan koleksi-koleksi kesukaan sang pemilik, antara lainnya adalah :
1. Ruang Voyage diberi nama Loro Blonyo, konon katanya koleksi yang berupa patung ini memiki Filosofi jika orang yang mengoleksi bisa dengan cepat mendapat momongan.
2. Ruang Tamu diberi nama Budha Myanmar, dengan filosofi dipermudah dalam hal rezeki.
3. Kamar Mandi yang diberi nama Singa Garuda, koleksi berupa pahatan kayu ini adalah salah satu koleksi favorit juga dari sang pemilik.
4.Ruangan pra sejarah, yang di dalamnya terdapat koleksi patung-patung dan juga buku yang berasal dari zaman pra sejarah.
5.Kamar tamu (Guest House) diberi nama Imari.
Adapun Bapak Syahrial Djalil bekerja sama dengan Departemen Arkeologi Universitas Indonesia untuk menggali tahun dari beberapa koleksi yang dimilikinya, selain itu Museum di Tengah Kebun ini juga telah mendapat 2 kali penghargaan pada tahun 2013 dan 2014 sebagai Private Museum terbaik yang di berikan oleh Kementerian Pariwisata dan Museum dengan tata letak terbaik se-DKI Jakarta.
Setelah di jadikan sebagai salah satu daftar museum yang ada di Jakarta, museum di tengah kebun mulai di kunjungi oleh berbagai kalangan. Museum ini sendiri terbuka untuk berkunjung hanya pada hari libur yaitu Sabtu dan Minggu mulai dari 09.30-15.00 wib, mengingat Bapak Syahrial Djalil sebagai pemilik rumah juga masih menempati rumah tersebut, dengan kondisi yang sudah tua.
Berikut adalah beberapa dokumentasi saat SOSMA berkunjung ke museum di tengah kebun :
Dalam rangka melanjutkan Program Sosma Education and Traveller (SENTER) yang ke-3, kali ini SOSMA memilih salah satu museum di daerah Jakarta Selatan untuk di jadikan sebagai destinasi wisata dan juga edukasi yang tidak boleh terlewatkan untuk dikunjungi.
Museum ini terletak di daerah Kemang Timur no.66, Jakarta Selatan yang terkenal padat tetapi banyak orang yang juga baru mendengar tentang museum ini.
Awalnya, museum ini memang hanyalah rumah biasa yang di tempati oleh sang pemilik yang bernama Bapak Syahrial Djalil. Pada tahun 1978, Bapak Syahrial Djalil bercita-cita untuk mempunyai rumah dengan halaman yang luas, sampai pada akhirnya beliau bertemu dengan pemilik terdahulu rumah yang mempunyai halaman luas yang sekarang menjadi museum ini.
Saat berkunjung ke Museum di Tengah Kebun, kami diarahkan oleh Mas Riki selaku pemandu yang ada di museum tersebut. Dia menjelaskan secara detail mulai dari dibelinya rumah tersebut sampai dibuka untuk umum sebagai sebuah museum.
Sebelum memasuki area dalam, kami di jelaskan tentang beberapa peraturan yang harus dilakukan antara lain :
1.Ada beberapa benda yang tidak bisa di sentuh secara sembarangan
2.Pada saat memasuki museum, pengunjung tidak diperbolehkan menggunakan sepatu pribadi karena sudah disediakan sandal yang bisa di gunakan selama mengelilingi area museum
3.Pengunjung di perbolehkan mengambil dokumentasi berupa photo dan video
4.Tas dan barang-barang lainnya di masukkan ke dalam locker yang sudah disediakan
5.Pengunjung diperbolehkan membawa minuman pada saat mengelilingi museum
Setelah mengganti sepatu dan menaruh tas, kami dan pengunjung lainnya di kumpulkan membentuk lingkaran dan Mas Riki mulai menjelaskan tentang awal mula rumah yg dijadikan museum itu.
setelah 2 tahun melewati masa pembangunan dan renovasi, pada tahun 1980 akhirnya Bapak Syahrial Djalil sudah bisa menempati rumah tersebut.
Koleksi barang-barang sejarah yang dimilikinya berasal dari hobi jalan-jalan yang membuat beliau tertarik untuk mengumpulkan benda sejarah dari berbagai daerah maupun luar negeri. beliau membelinya dari balai pelelangan, selain itu beliau juga menemukan banyak sekali benda-benda curian sejarah Indonesia yang dijual dengan murah di luar negeri, dan Bapak Syahrial Djalil membelinya dengan alasan beliau mau mengembalikan benda-benda curian tersebut ke Indonesia.
Setelah menjelajah ke berbagai daerah bahkan negara, pada tahun 2009 tanpa disadari koleksi benda sejarah yang dikumpulkan sudah mencapai 4000 item, dan pada saat itu juga beliau memutuskan membuka rumahnya untuk umum dan di daftarkan menjadi sebuah yayasan.
Setiap ruangan yang ada di Museum tersebut diberi nama sesuai dengan koleksi-koleksi kesukaan sang pemilik, antara lainnya adalah :
1. Ruang Voyage diberi nama Loro Blonyo, konon katanya koleksi yang berupa patung ini memiki Filosofi jika orang yang mengoleksi bisa dengan cepat mendapat momongan.
2. Ruang Tamu diberi nama Budha Myanmar, dengan filosofi dipermudah dalam hal rezeki.
3. Kamar Mandi yang diberi nama Singa Garuda, koleksi berupa pahatan kayu ini adalah salah satu koleksi favorit juga dari sang pemilik.
4.Ruangan pra sejarah, yang di dalamnya terdapat koleksi patung-patung dan juga buku yang berasal dari zaman pra sejarah.
5.Kamar tamu (Guest House) diberi nama Imari.
Adapun Bapak Syahrial Djalil bekerja sama dengan Departemen Arkeologi Universitas Indonesia untuk menggali tahun dari beberapa koleksi yang dimilikinya, selain itu Museum di Tengah Kebun ini juga telah mendapat 2 kali penghargaan pada tahun 2013 dan 2014 sebagai Private Museum terbaik yang di berikan oleh Kementerian Pariwisata dan Museum dengan tata letak terbaik se-DKI Jakarta.
Setelah di jadikan sebagai salah satu daftar museum yang ada di Jakarta, museum di tengah kebun mulai di kunjungi oleh berbagai kalangan. Museum ini sendiri terbuka untuk berkunjung hanya pada hari libur yaitu Sabtu dan Minggu mulai dari 09.30-15.00 wib, mengingat Bapak Syahrial Djalil sebagai pemilik rumah juga masih menempati rumah tersebut, dengan kondisi yang sudah tua.
Berikut adalah beberapa dokumentasi saat SOSMA berkunjung ke museum di tengah kebun :
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahrial Djalil yang sudah menyediakan tempat yang bisa kami jadikan sebagai destinasi untuk belajar sambil jalan-jalan, sehingga kami bisa menyelesaikan program SENTER (Sosma Education and Traveller) Part 3 ini.
Komentar
Posting Komentar